Bukan Sekadar Ilmu: Pelajaran Hidup di Lingkungan Pondok

“Di balik jadwal yang sangat padat dan kebiasaan tak kenal waktu, aku menemukan arti hidupku yang sebenarnya.”
Saat pertama kali menginjakkan kaki di pondok ini, rasanya sangat asing, Semuanya terlihat berbeda. Tidak ada lagi rumah yang sering kulihat setelah pulang dari masjid, tidak ada lagi panggilan lembut ibu membangunkan. Semuanya serba asing. Pada saat itu aku bertanya pada diriku sendiri, “kenapa aku di sini?”
Tapi punya waktu sendiri untuk menjawabnya.
Seiring berjalannya waktu. Dengan jadwal yang padat, hafalan harus diperjuangkan dan dipertahankan, dan kedisiplinan yang ketat. Aku mulai sadar, bahwa itu semua adalah arti dari kesabaran, keikhlasan, dan pertanggung jawaban. Pondok ternyata bukan untuk belajar dengan santai. Tapi karena itulah, aku menemukan arti dari hidupku yang sebenarnya.
Di sinilah aku bertemu teman-teman yang baik, ustadz-ustadz yang siap mendukung. Di sinilah aku belajar arti hidup yang sebenarnya. Guru bukanlah orang yang hanya memberi ilmu yang diketahuinya, tapi juga memberikan arti dari kata senang, sedih, tawa, tangis, marah dan juga kecewa. Dan teman bukanlah orang yang membersamai kita di setiap waktu tapi orang yang selalu mendukung kita di saat kita senang, sedih, marah, dan kecewa. Mereka semua bukan orang yang hanya mendukung dari belakang, tapi juga yang memberikan nilai dari hidup ini, memberikan arti yang benar dalam hidup ini.
Pondok itu tidak sesempurna yang kita perkirakan. Kadang rasa jenuh mengerumuni kita, atau rasa kecewa akibat sistem tak memenuhi hak kita, bahkan teman sendiri yang kadang mengecewakan kita. Tapi siapa bilang hidup di luar pondok lebih enak? Siapa bilang hidup di luar pondok lebih nyaman? Justru pondok itu memberi kita ruang untuk memperbaiki diri yang kurang sempurna, memberi diri ini kesempatan ketika berbuat kesalahan.
Kini aku mulai paham, arti hidup sebenarnya itu bukan untuk bersenang-senang dengan hal-hal duniawi ini, bukan untuk menikmati waktu bermanja-manja dengan orang tua. Arti hidup yang sebenarnya adalah untuk menjadi hamba terbaik Allah Subhana wataala, menjadi orang yang dipandang, bukan di bumi saja, akan tetapi terpandang di seluruh penjuru langit dan bumi, dipandang tinggi oleh Sang Maha Kuasa, Sang Maha Tinggi.
di pondok ini aku mulai belajar banyak hal. Dengan itu, semoga aku bisa menjadi manusia yang lebih baik dari yang diharapkan orang tuaku kepadaku. Dengan arti hidup yang sebenarnya yang kudapatkan aku dapat menjadi seseorang yang seperti sekarang ini.
Rekomendasi :

Pembatal-Pembatal Shalat
Ditulis oleh Muh. Rafay Maher Rohail pada 2025-05-10
Alhamdulillah kembali lagi kita memuji kepada Allah subhanahu wata’ala, karena Allah subhanahu wata’ala dialah satu-satunya tuhan yang patut kita sembah. Dialah tuan dari semua raja-raja dimuka bumi ini. Shalawat serta salam tak lupa kita curahkan kepada baginda kita Nabi Muhammad Shallahu alahi wasallam, dialah nabi yang membawa kita dari gelapnya zaman jahiliyah menuju terangnya zaman Islamiyah seperti sekarang ini.
Banyak umat muslim didunia ini yang masih kurang pemahamannya tentang apa-apa saja pembatal-pembatal shalat itu, tidak mengatahui apa-apa saja pembatalnya. Karena sahnya shalat itu sangat penting dalam kehidupan kita, bisa jadi shalat kita tidak diterima di sisi Allah subhanahu wata’ala. Sebab ketidak tahunya pembatal-pembatalnya, maka dari itu mari kita bahas apa-apa saja pembatal tersebut?
1. Apa saja yang membatalkan thaharah itu membatalkan sholat. Karena thaharah merupakan syarat sah sholat.
2. Tertawa dengan suara, yang dimaksud di sini tertawa terbahak-bahak, karena merupakan kesepakatan para ulama.
3. Berbicara dengan sengaja untuk selain masalah-masalah shalat,
حَافِظُوْا عَلَى الصَّلَوٰتِ وَالصَّلٰوةِ الْوُسْطٰى وَقُوْمُوْا لِلّٰهِ قٰنِتِيْنَ ٢٣٨
Artinya:
“Peliharalah semua salat (fardu) dan salat Wusṭā. Berdirilah karena Allah (dalam salat) dengan khusyuk.”
4. Lewatnya wanita dewasa atau anjing hitam dan keledai ditempat area sujud, Nabi Muhammad Shallahu alaihi wasallam bersabda:
عَنْ أَبِي ذَرٍّ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا قَامَ أَحَدُكُمْ يُصَلِّي فَإِنَّهُ يَسْتُرُهُ إِذَا كَانَ بَيْنَ يَدَيْهِ مِثْلُ آخِرَةِ الرَّحْلِ فَإِذَا لَمْ يَكُنْ بَيْنَ يَدَيْهِ مِثْلُ آخِرَةِ الرَّحْلِ فَإِنَّهُ يَقْطَعُ صَلَاتَهُ الْحِمَارُ وَالْمَرْأَةُ وَالْكَلْبُ الْأَسْوَدُ قُلْتُ يَا أَبَا ذَرٍّ مَا بَالُ الْكَلْبِ الْأَسْوَدِ مِنْ الْكَلْبِ الْأَحْمَرِ مِنْ الْكَلْبِ الْأَصْفَرِ قَالَ يَا ابْنَ أَخِي سَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَمَا سَأَلْتَنِي فَقَالَ الْكَلْبُ الْأَسْوَدُ شَيْطَانٌ. (رواه مسلم)
Artinya:
Dari Abu Dzarr dia berkata, Rasulullah saw. bersabda, “Apabila salah seorang dari kalian hendak shalat, sebaiknya kamu membuat sutrah (penghalang) di hadapannya yang berbentuk seperti kayu yang diletakkan diatas hewan tunggangan, apabila di hadapannya tidak ada sutrah seperti kayu yang diletakkan diatas hewan tunggangan, maka shalatnya akan terputus oleh keledai, wanita, dan anjing hitam.’ Aku bertanya, ‘Wahai Abu Dzarr, apa perbedaan anjing hitam dari anjing merah dan kuning? Dia menjawab, ‘Aku pernah pula menanyakan hal itu kepada Rasulullah saw. sebagaimana kamu menanyakannya kepadaku, maka jawab beliau, ‘Anjing hitam itu setan‘.” (HR. Muslim)
5. Membuka aurat secara sengaja, karena menutup urat merupakan syarat sah shalat.
6. Membelakangi kiblat, karena membelakangi kiblat merupkan syarat sah shalat juga
7.Adanya Najis pada diri orang yang sholat, sementara itu dia mengetahuinya tapi dia tidak langsung membersihkannya.
8. Meninggalkan dengan sengaja rukun-rukun shalat atau salah satu syaratnya ( tanpa udzur )
9. Banyak melakukan gerakan yang bukan termasuk gerakan shalat tanpa udzur atau dalam keadaan darurat, seperti makan dan minum dengan sengaja.
10. Bersandar tanpa udzur yang syar’I, karena berdiri dalam sholat merupakan rukun sholat yang utama ( kecuali orang yang sakit karena dia memiliki udzur )
11. Menambah gerakan-gerakan yang sengaja dalam shalat seperti ruku dan sujud, karena yang demikian dapat merusak rukun shalat dan merupakan perbuatan yang bid’ah berdasarkan ijma’.
12. Tertib dan tidak membolak-balikan rukun-rukun sholat.
13. Salam sebelum waktunya dengan sengaja.
14. Mengubah makna dengan bacaan yang berbeda, yakni mengubah surah al-Fatihah karena dia merupakan rukun sholat.
Kesimpulan:
Shalat harus dilakukan dengan memenuhi syarat dan rukunnya. Banyak hal yang bisa membatalkan shalat, seperti hilangnya wudhu, tertawa, berbicara sengaja, membuka aurat, membelakangi kiblat, ada najis, gerakan berlebihan, dan mengubah bacaan. Memahami pembatal sholat penting agar ibadah diterima Allah.
Semoga dengan artikel ini ibadah shalat kita semakin sempurna untuk diterima Allah subhana wata’ala dan pahalanya dilipatgandakan. Amin.