Kewajiban Mengimani Hari Akhir

Alhamdulillah, kembali lagi kita memuji Allah subhanahu wata’ala. Yang di mana Allah Subhanahu wata’ala memberikan kita begitu banyak kenikmatannya hingga pada hari ini kita masih diberikan waktu untuk bertemu dengan bulan suci Ramadhan. Shalawat serta salam tidak lupa kita kirimkan kepada baginda kita yaitu nabiyullah Muhammad shallalahu alaihi wasallam, nabi yang membawa kita dari gelapnya zaman jahiliyah menuju zaman islamiyah seperti yang kita rasakan seperti saat ini.
Dalam Islam, iman kepada hari kiamat adalah salah satu dari enam rukun iman. Setiap Muslim wajib mempercayai bahwa akan datang suatu hari di mana seluruh kehidupan di dunia ini berakhir, dan manusia akan dibangkitkan untuk mempertanggungjawabkan segala amal perbuatannya.
Iman kepada hari kiamat bukan hanya sekadar percaya bahwa hari itu akan datang, tetapi juga meyakini segala peristiwa setelahnya, seperti kebangkitan, perhitungan amal (hisab), penimbangan amal (mizan), serta balasan berupa surga dan neraka.
1. Bukti Keimanan yang Sempurna
Mengimani hari kiamat adalah tanda keimanan yang benar dan sempurna. Seseorang tidak bisa disebut beriman kepada Allah jika ia tidak beriman kepada hari akhir.
Dalilnya terdapat dalam Al-Qur’an:
“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, dan nabi-nabi.” (QS. Al-Baqarah: 177)
Ayat ini menegaskan bahwa iman kepada hari akhir merupakan bagian pokok dari keimanan seorang Muslim.
2. Mengingatkan Kita untuk Berbuat Baik
Keyakinan terhadap hari kiamat membuat seseorang lebih berhati-hati dalam setiap tindakan. Ia sadar bahwa semua amal perbuatannya akan dibalas oleh Allah Subhanahu Wata’ala di akhirat.
Dalil dari Al-Qur’an:
“Barang siapa mengerjakan kebaikan seberat zarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasannya), dan barang siapa mengerjakan kejahatan seberat zarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasannya pula).” (QS. Az-Zalzalah: 7–8)
Ayat ini menunjukkan bahwa tidak ada perbuatan sekecil apa pun yang luput dari pengawasan dan pembalasan Allah Subhanahu Wata’ala.
3. Menumbuhkan Rasa Takut dan Harapan
Iman kepada hari kiamat menumbuhkan dua hal penting dalam diri seorang Muslim: rasa takut (khauf) terhadap azab Allah, dan rasa harap terhadap rahmat-Nya. Dengan keseimbangan ini, hidup menjadi lebih terarah dan penuh kehati-hatian.
Dalilnya dalam Al-Qur’an:
“Barang siapa mengharap pertemuan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Tuhannya.” (QS. Al-Kahfi: 110)
4. Menyadarkan Kita bahwa Dunia Bukan Segalanya
Mengimani hari kiamat membuat kita sadar bahwa dunia hanyalah tempat sementara. Kehidupan yang kekal adalah di akhirat. Karena itu, seorang mukmin tidak akan berlebihan mencintai dunia, melainkan menjadikannya tempat untuk beramal saleh.
Dalilnya dalam Al-Qur’an:
“Dan kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan yang menipu.” (QS. Ali Imran: 185)
5. Hadis Tentang Iman kepada Hari Akhir
Rasulullah ﷺ bersabda dalam hadis yang diriwayatkan oleh Muslim:
“Iman adalah engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir, dan engkau beriman kepada takdir, yang baik maupun yang buruk.” (HR. Muslim no. 8)
Hadis ini menjelaskan bahwa iman kepada hari kiamat merupakan salah satu rukun iman yang wajib diyakini oleh setiap Muslim.
Kesimpulan
Mengimani hari kiamat bukan hanya kewajiban, tetapi juga kebutuhan bagi hati seorang mukmin. Dengan keyakinan itu, kita akan selalu berbuat baik, menjauhi dosa, bersikap adil, serta tidak terpedaya oleh kehidupan dunia.
Hari kiamat pasti akan datang, dan setiap manusia akan mendapatkan balasan yang setimpal atas amalnya. Maka dari itu, mari kita memperkuat iman, memperbanyak amal saleh, dan memohon kepada Allah agar termasuk golongan yang selamat di hari pembalasan kelak.
Rekomendasi :

Bahaya Namimah
Ditulis oleh Ahmad Naufal Mubarak pada 2025-10-18
Di era sekarang dengan majunya teknologi yang pesat, dengan kemudahan memperoleh berbagai informasi. Rawan sekali bagi seorang muslim terjatuh kepada perbuatan yang hina dan tidak bermanfaat. Ada satu dosa yang bisa dianggap cukup serius dalam agama yang secara tidak sadar banyak seorang mukmin yang melakukannya. Apa itu? dosa itu adalah namimah. Apa itu namimah? Namimah adalah kita membuat seseorang bertengkar dengan orang lain. Tapi, apakah bahayanya dari namimah itu? Apa yang bisa membuat kita terjerumus dalam dosa besar?
Nah, namimah itu adalah suatu perkara besar dalam islam, tapi selalu saja dianggap suatu perkara yang kecil di mata orang lain. banyak sekali diantara kita melakukan perkara tersebut, tapi secara tidak sadar, kita telah melakukan suatu perkara yang besar dalam islam.
Perkara yang besar yang dimaksud bukan dalam hal kebaikan, tapi dalam hal keburukan. Perbuatan namimah dapat mengantarkan kita kepada dosa yang lebih besar seperti memutuskan tali silaturahmi, saling membunuh, dan lain-lain.
Banyak sekali mudharatnya. Kita tidak sadar kalau dosa-dosa besar akan menyusul. Kita tidak pernah berpikir kalau akan mendatangkan dampak yang lebih besar kedepannya. Namimah dapat mengubah hidup seseorang sampai 360 derajat dari kehidupan sebelumnya.
Ingat kawan-kawan, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda pernah mendatangi dua kuburan. Yang di mana dua penghuni kuburan tersebut sedang di adzab oleh Allah Ta’ala. Mereka diadzab bukan karena suatu perkara kecil, melainkan perkara besar.
إنَّهُما لَيُعَذَّبَانِ، وما يُعَذَّبَانِ في كَبِيرٍ، أمَّا أحَدُهُما فَكانَ لا يَسْتَتِرُ مِنَ البَوْلِ، وأَمَّا الآخَرُ فَكانَ يَمْشِي بالنَّمِيمَةِ، ثُمَّ أخَذَ جَرِيدَةً رَطْبَةً، فَشَقَّهَا بنِصْفَيْنِ، ثُمَّ غَرَزَ في كُلِّ قَبْرٍ واحِدَةً، فَقالوا: يا رَسولَ اللَّهِ، لِمَ صَنَعْتَ هذا؟ فَقَالَ: لَعَلَّهُ أنْ يُخَفَّفَ عنْهما ما لَمْ يَيْبَسَا
“Sesungguhnya kedua penghuninya sedang disiksa, dan mereka tidak disiksa karena dosa besar (menurut pandangan manusia). Adapun salah satunya tidak menjaga diri dari air kencingnya, dan yang lainnya suka berjalan menyebarkan namimah (adu domba).’ Kemudian beliau mengambil pelepah kurma yang masih basah, lalu membelahnya menjadi dua bagian, kemudian menancapkan satu bagian di setiap kuburan. Mereka (para sahabat) bertanya, ‘Wahai Rasulullah, mengapa engkau melakukan ini?’ Beliau bersabda, ‘Semoga siksaan keduanya diringankan selama pelepah kurma ini belum kering.‘” (HR. Bukhari no. 218 dan Muslim no. 292)
Selain menjadi siksa kubur, namimah juga dapat menjadi sebab dimasukkannya ke neraka.
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
لا يَدْخُلُ الجَنَّةَ نَمَّامٌ
“Tidaklah masuk surga orang-orang yang gemar mengadu domba di antara manusia.” (HR. Bukhari no. 6056 dan Muslim no. 105, teks hadis ini adalah riwayat Muslim)
Nah, perlu kita ingat kawan-kawan, Rasulullah shallallau alaihi wasallam itu tidak pernah mengadu domba(namimah). Kita harus mengikuti teladan Rasulullah shallallau alaihi wasallam yang di mana beliau rutin mendamaikan seseorang yang sedang berselisih bukan mengadu domba.
Siapa yang tidak ingin menjadi manusia yang paling mulia seperti Rasulullah shallallau alaihi wasallam? Pasti semua orang menginginkannya. Walaupun kita tidak bisa seutuhnya menjadi pribadi seperti Rasulullah shallallau alaihi wasallam, tapi kita bisa mencontohi apa yang bisa kita lakukan untuk mencontohinya. Rasulullah shallallau alaihi wasallam pasti menyukai orang yang ingin mengikutinya. Jadi, kita harus mencontohi apa yang Rasulullah shallallau alaihi wasallam lakukan. Beliau bersabda,
ألا أخبرُكم بأفضلِ من درجةِ الصيامِ والصلاةِ والصدقةِ؟ قالوا: بلى، قال: إصلاحُ ذاتِ البينِ، وفسادُ ذاتِ البينِ الحالِقةُ
“Maukah kalian aku kabarkan tentang sesuatu yang lebih baik daripada derajat puasa, salat, dan sedekah?’ Mereka menjawab, ‘Tentu.’ Beliau bersabda, ‘Mendamaikan perselisihan di antara manusia, dan merusak hubungan di antara manusia adalah penghancur (pahala).” (HR. Abu Dawud no. 4919 dan disahihkan oleh Syekh Al-Albani dalam kitab Shahih Abi Dawud)
Penutup
Mari kita mensucikan hati kita dari namimah. Lebih waspada dalam menggunakan media social dan tidak bermudah-mudahan dalam berkomentar jika kita belum tau informasinya secara detail. Terlebih jika perbuatan tersebut dapat menyebabkan permusuhan di antara kaum muslimin.
Biasanya manusia menganggap remeh perbuatan namimah, hanya karena ucapan atau ketikan jari kita yang bahkan kurang dari 1 menit tanpa terasa akan membebani kita di dunia maupun di akhirat nanti.
Semoga Allah subhana wataala selalu memberi kita kesehatan dalam menuntut ilmu sehingga dapat menjahui perkara-perkara yang biasanya dianggap remeh oleh orang-orang, tapi besar di hadapan Allah subhana wataala. Aaamiinn

Pembatal-Pembatal Shalat
Ditulis oleh Muh. Rafay Maher Rohail pada 2025-05-10
Alhamdulillah kembali lagi kita memuji kepada Allah subhanahu wata’ala, karena Allah subhanahu wata’ala dialah satu-satunya tuhan yang patut kita sembah. Dialah tuan dari semua raja-raja dimuka bumi ini. Shalawat serta salam tak lupa kita curahkan kepada baginda kita Nabi Muhammad Shallahu alahi wasallam, dialah nabi yang membawa kita dari gelapnya zaman jahiliyah menuju terangnya zaman Islamiyah seperti sekarang ini.
Banyak umat muslim didunia ini yang masih kurang pemahamannya tentang apa-apa saja pembatal-pembatal shalat itu, tidak mengatahui apa-apa saja pembatalnya. Karena sahnya shalat itu sangat penting dalam kehidupan kita, bisa jadi shalat kita tidak diterima di sisi Allah subhanahu wata’ala. Sebab ketidak tahunya pembatal-pembatalnya, maka dari itu mari kita bahas apa-apa saja pembatal tersebut?
1. Apa saja yang membatalkan thaharah itu membatalkan sholat. Karena thaharah merupakan syarat sah sholat.
2. Tertawa dengan suara, yang dimaksud di sini tertawa terbahak-bahak, karena merupakan kesepakatan para ulama.
3. Berbicara dengan sengaja untuk selain masalah-masalah shalat,
حَافِظُوْا عَلَى الصَّلَوٰتِ وَالصَّلٰوةِ الْوُسْطٰى وَقُوْمُوْا لِلّٰهِ قٰنِتِيْنَ ٢٣٨
Artinya:
“Peliharalah semua salat (fardu) dan salat Wusṭā. Berdirilah karena Allah (dalam salat) dengan khusyuk.”
4. Lewatnya wanita dewasa atau anjing hitam dan keledai ditempat area sujud, Nabi Muhammad Shallahu alaihi wasallam bersabda:
عَنْ أَبِي ذَرٍّ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا قَامَ أَحَدُكُمْ يُصَلِّي فَإِنَّهُ يَسْتُرُهُ إِذَا كَانَ بَيْنَ يَدَيْهِ مِثْلُ آخِرَةِ الرَّحْلِ فَإِذَا لَمْ يَكُنْ بَيْنَ يَدَيْهِ مِثْلُ آخِرَةِ الرَّحْلِ فَإِنَّهُ يَقْطَعُ صَلَاتَهُ الْحِمَارُ وَالْمَرْأَةُ وَالْكَلْبُ الْأَسْوَدُ قُلْتُ يَا أَبَا ذَرٍّ مَا بَالُ الْكَلْبِ الْأَسْوَدِ مِنْ الْكَلْبِ الْأَحْمَرِ مِنْ الْكَلْبِ الْأَصْفَرِ قَالَ يَا ابْنَ أَخِي سَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَمَا سَأَلْتَنِي فَقَالَ الْكَلْبُ الْأَسْوَدُ شَيْطَانٌ. (رواه مسلم)
Artinya:
Dari Abu Dzarr dia berkata, Rasulullah saw. bersabda, “Apabila salah seorang dari kalian hendak shalat, sebaiknya kamu membuat sutrah (penghalang) di hadapannya yang berbentuk seperti kayu yang diletakkan diatas hewan tunggangan, apabila di hadapannya tidak ada sutrah seperti kayu yang diletakkan diatas hewan tunggangan, maka shalatnya akan terputus oleh keledai, wanita, dan anjing hitam.’ Aku bertanya, ‘Wahai Abu Dzarr, apa perbedaan anjing hitam dari anjing merah dan kuning? Dia menjawab, ‘Aku pernah pula menanyakan hal itu kepada Rasulullah saw. sebagaimana kamu menanyakannya kepadaku, maka jawab beliau, ‘Anjing hitam itu setan‘.” (HR. Muslim)
5. Membuka aurat secara sengaja, karena menutup urat merupakan syarat sah shalat.
6. Membelakangi kiblat, karena membelakangi kiblat merupkan syarat sah shalat juga
7.Adanya Najis pada diri orang yang sholat, sementara itu dia mengetahuinya tapi dia tidak langsung membersihkannya.
8. Meninggalkan dengan sengaja rukun-rukun shalat atau salah satu syaratnya ( tanpa udzur )
9. Banyak melakukan gerakan yang bukan termasuk gerakan shalat tanpa udzur atau dalam keadaan darurat, seperti makan dan minum dengan sengaja.
10. Bersandar tanpa udzur yang syar’I, karena berdiri dalam sholat merupakan rukun sholat yang utama ( kecuali orang yang sakit karena dia memiliki udzur )
11. Menambah gerakan-gerakan yang sengaja dalam shalat seperti ruku dan sujud, karena yang demikian dapat merusak rukun shalat dan merupakan perbuatan yang bid’ah berdasarkan ijma’.
12. Tertib dan tidak membolak-balikan rukun-rukun sholat.
13. Salam sebelum waktunya dengan sengaja.
14. Mengubah makna dengan bacaan yang berbeda, yakni mengubah surah al-Fatihah karena dia merupakan rukun sholat.
Kesimpulan:
Shalat harus dilakukan dengan memenuhi syarat dan rukunnya. Banyak hal yang bisa membatalkan shalat, seperti hilangnya wudhu, tertawa, berbicara sengaja, membuka aurat, membelakangi kiblat, ada najis, gerakan berlebihan, dan mengubah bacaan. Memahami pembatal sholat penting agar ibadah diterima Allah.
Semoga dengan artikel ini ibadah shalat kita semakin sempurna untuk diterima Allah subhana wata’ala dan pahalanya dilipatgandakan. Amin.






















































