Manisnya Bulan Ramadhan Terletak Pada 10 Malam Terakhir

بسم الله الرحمن الرحيم
Segala puji hanya milik Allah subhanahu wata’ala yang senantiasa memberikan kepada hamba-hambanya kenimatan tak terhingga sehingga kita masih memiliki kesehatan dan kesempatan. Dan shalawat serta salam senantiasa kita kirimkan kepada sayyidul basyar nabiyullah Muhammad shallallahu alaihi wasallam.
Saat memasuki sepuluh malam terakhir Ramadhan, banyak orang-orang yang mulai meninggalkan kebiasaannya di awal bulan ramadhan. Perhatian mereka telah teralihkan oleh kehidupan dunia yang fana ini. Banyak di antara mereka yang sudah fokus membuat kue untuk lebaran idul fitri, ada yang fokus me-ngecat rumahnya, ada yang fokus untuk mendesain halaman rumahnya, bahkan ada yang sudah melupakan kebiasaan mereka pada awal ramadhan. Padahal keutamaan bulan ramadhan yang sangat besar terletak pada sepuluh malam terakhirnya.
Ada banyak keutamaan untuk merasakan manisnya bulan ramadhan, apalagi di sepuluh malam terakhirnya. Diantaranya adalah mencari malam lailatul qadr pada sepuluh malam terakhir. Seperti yang kita ketahui, sepuluh malam terakhir bulan ramadhan adalah puncak dari keutamaan pada bulan ramadhan. Karena pada malam itu terdapat malam yang sangat mulia, yang biasa kita sebut dengan malam lailatul qadr , malam yang penuh dengan keberkahan. Allah subhana wataala berfirman dalam Al-Quran:
إِنَّآ أَنزَلْنَـٰهُ فِى لَيْلَةِ ٱلْقَدْر
“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan” (Q.S. Al-Qadr : 1)
Malam lailatul qadrlah malam yang sangat mulia, bahkan malam tersebut lebih baik dari seribu bulan atau setara dengan 83,4 tahun. Oleh karena itu, kita harus lebih bersemangat lagi pada sepuluh malam terakhir agar kita bisa memanfaatkan sepuluh malam terakhir ramadhan dengan sangat baik sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.
حَدَّثَنَا عَلِيُّ بۡنُ عَبۡدِ اللهِ: حَدَّثَنَا سُفۡيَانُ، عَنۡ أَبِي يَعۡفُورٍ، عَنۡ أَبِي الضُّحَى، عَنۡ مَسۡرُوقٍ، عَنۡ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهَا قَالَتۡ: كَانَ النَّبِيُّ ﷺ إِذَا دَخَلَ الۡعَشۡرُ شَدَّ مِئۡزَرَهُ، وَأَحۡيَا لَيۡلَهُ، وَأَيۡقَظَ أَهۡلَهُ.
Artinya: ‘Ali bin ‘Abdullah telah menceritakan kepada kami: Sufyan menceritakan kepada kami, dari Abu Ya’fur, dari Abudh Dhuha, dari Masruq, dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, beliau mengatakan: Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila masuk sepuluh hari terakhir bulan Ramadan, beliau mengencangkan kain sarungnya, menghidupkan malamnya, dan membangunkan keluarganya. (HR. Bukhari No. 2024 dan muslim No. 1154)
Hadits ini menunjukkan bahwa Rasulullah sangat serius dalam menjalani bulan Ramadhan terutama pada sepuluh malam terakhirnya baik dengan membaca Al-Quran, shalat malam, maupun berdoa. Beliau mengajarkan kita untuk berusaha meraih keberkahan pada malam lailatul qadr yang sangat dijanjikan oleh Allah subhana wataala.
Dengan mencari malam lailatul qadr, kita akan mendapatkan manisnya bulan ramadhan terutama pada sepuluh malam terakhirnya. Dan salah satu cara untuk mendapatkan malam lailatul qadr dengan sangat baik adalah dengan beri’tikaf di masjid. Guna dari beri’tikaf di masjid ini adalah untuk mendapatkan malam lailatul qadr dan beribadah di dalamnya dengan khusyuk, sehingga kita dapat merasakan nikmat dan manisnya dalam beribadah pada sepuluh malam terakhir bulan ramadhan. Rasulullah sering melakukan i’tikaf pada sepuluh malam terakhir pada bulan ramadhan. Sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Aisyah Radhiallahu anha,
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ: أَنَّ اَلنَّبِيَّ – صلى الله عليه وسلم – كَانَ يَعْتَكِفُ اَلْعَشْرَ اَلْأَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ, حَتَّى تَوَفَّاهُ اَللَّهُ, ثُمَّ اعْتَكَفَ أَزْوَاجُهُ مِنْ بَعْدِهِ – مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa beri’tikaf di sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan hingga beliau diwafatkan oleh Allah. Lalu istri-istri beliau beri’tikaf setelah beliau wafat. Muttafaqun ‘alaih. (HR. Bukhari no. 2026 dan Muslim no. 1172).
I’tikaf adalah waktu yang tepat untuk memfokuskan diri untuk beribadah kepada Allah subahana wataala tanpa gangguan duniawi. Pada waktu inilah seseorang dapat memanfaatkan waktunya dengan memperbanyak shalat, dzikir, dan tilawah Al-Quran. I’tikaf memanfaatkan kita untuk menjauhkan diri dari segala bentuk godann dunia dan lebih mendekatkan diri kepada Allah subahana wataala.
Penutup
Sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan adalah waktu yang sangat mulia. Di dalamnya terdapat malam lailatul qadr yang sangat mulia, bahkan lebih mulia dari seribu bulan. Dan dengan beri’tikaf di masjid kita bisa merasakan malam lailatul qadr dan dapat memanfaatkannya dengan sangat baik. Sehingga kita bisa merasakan manisnya bulan Ramadhan di sepuluh malam terakhirnya.
والله أعلم بالصواب
Rekomendasi :

Pembatal-Pembatal Shalat
Ditulis oleh Muh. Rafay Maher Rohail pada 2025-05-10
Alhamdulillah kembali lagi kita memuji kepada Allah subhanahu wata’ala, karena Allah subhanahu wata’ala dialah satu-satunya tuhan yang patut kita sembah. Dialah tuan dari semua raja-raja dimuka bumi ini. Shalawat serta salam tak lupa kita curahkan kepada baginda kita Nabi Muhammad Shallahu alahi wasallam, dialah nabi yang membawa kita dari gelapnya zaman jahiliyah menuju terangnya zaman Islamiyah seperti sekarang ini.
Banyak umat muslim didunia ini yang masih kurang pemahamannya tentang apa-apa saja pembatal-pembatal shalat itu, tidak mengatahui apa-apa saja pembatalnya. Karena sahnya shalat itu sangat penting dalam kehidupan kita, bisa jadi shalat kita tidak diterima di sisi Allah subhanahu wata’ala. Sebab ketidak tahunya pembatal-pembatalnya, maka dari itu mari kita bahas apa-apa saja pembatal tersebut?
1. Apa saja yang membatalkan thaharah itu membatalkan sholat. Karena thaharah merupakan syarat sah sholat.
2. Tertawa dengan suara, yang dimaksud di sini tertawa terbahak-bahak, karena merupakan kesepakatan para ulama.
3. Berbicara dengan sengaja untuk selain masalah-masalah shalat,
حَافِظُوْا عَلَى الصَّلَوٰتِ وَالصَّلٰوةِ الْوُسْطٰى وَقُوْمُوْا لِلّٰهِ قٰنِتِيْنَ ٢٣٨
Artinya:
“Peliharalah semua salat (fardu) dan salat Wusṭā. Berdirilah karena Allah (dalam salat) dengan khusyuk.”
4. Lewatnya wanita dewasa atau anjing hitam dan keledai ditempat area sujud, Nabi Muhammad Shallahu alaihi wasallam bersabda:
عَنْ أَبِي ذَرٍّ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا قَامَ أَحَدُكُمْ يُصَلِّي فَإِنَّهُ يَسْتُرُهُ إِذَا كَانَ بَيْنَ يَدَيْهِ مِثْلُ آخِرَةِ الرَّحْلِ فَإِذَا لَمْ يَكُنْ بَيْنَ يَدَيْهِ مِثْلُ آخِرَةِ الرَّحْلِ فَإِنَّهُ يَقْطَعُ صَلَاتَهُ الْحِمَارُ وَالْمَرْأَةُ وَالْكَلْبُ الْأَسْوَدُ قُلْتُ يَا أَبَا ذَرٍّ مَا بَالُ الْكَلْبِ الْأَسْوَدِ مِنْ الْكَلْبِ الْأَحْمَرِ مِنْ الْكَلْبِ الْأَصْفَرِ قَالَ يَا ابْنَ أَخِي سَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَمَا سَأَلْتَنِي فَقَالَ الْكَلْبُ الْأَسْوَدُ شَيْطَانٌ. (رواه مسلم)
Artinya:
Dari Abu Dzarr dia berkata, Rasulullah saw. bersabda, “Apabila salah seorang dari kalian hendak shalat, sebaiknya kamu membuat sutrah (penghalang) di hadapannya yang berbentuk seperti kayu yang diletakkan diatas hewan tunggangan, apabila di hadapannya tidak ada sutrah seperti kayu yang diletakkan diatas hewan tunggangan, maka shalatnya akan terputus oleh keledai, wanita, dan anjing hitam.’ Aku bertanya, ‘Wahai Abu Dzarr, apa perbedaan anjing hitam dari anjing merah dan kuning? Dia menjawab, ‘Aku pernah pula menanyakan hal itu kepada Rasulullah saw. sebagaimana kamu menanyakannya kepadaku, maka jawab beliau, ‘Anjing hitam itu setan‘.” (HR. Muslim)
5. Membuka aurat secara sengaja, karena menutup urat merupakan syarat sah shalat.
6. Membelakangi kiblat, karena membelakangi kiblat merupkan syarat sah shalat juga
7.Adanya Najis pada diri orang yang sholat, sementara itu dia mengetahuinya tapi dia tidak langsung membersihkannya.
8. Meninggalkan dengan sengaja rukun-rukun shalat atau salah satu syaratnya ( tanpa udzur )
9. Banyak melakukan gerakan yang bukan termasuk gerakan shalat tanpa udzur atau dalam keadaan darurat, seperti makan dan minum dengan sengaja.
10. Bersandar tanpa udzur yang syar’I, karena berdiri dalam sholat merupakan rukun sholat yang utama ( kecuali orang yang sakit karena dia memiliki udzur )
11. Menambah gerakan-gerakan yang sengaja dalam shalat seperti ruku dan sujud, karena yang demikian dapat merusak rukun shalat dan merupakan perbuatan yang bid’ah berdasarkan ijma’.
12. Tertib dan tidak membolak-balikan rukun-rukun sholat.
13. Salam sebelum waktunya dengan sengaja.
14. Mengubah makna dengan bacaan yang berbeda, yakni mengubah surah al-Fatihah karena dia merupakan rukun sholat.
Kesimpulan:
Shalat harus dilakukan dengan memenuhi syarat dan rukunnya. Banyak hal yang bisa membatalkan shalat, seperti hilangnya wudhu, tertawa, berbicara sengaja, membuka aurat, membelakangi kiblat, ada najis, gerakan berlebihan, dan mengubah bacaan. Memahami pembatal sholat penting agar ibadah diterima Allah.
Semoga dengan artikel ini ibadah shalat kita semakin sempurna untuk diterima Allah subhana wata’ala dan pahalanya dilipatgandakan. Amin.