Makna Kemerdekaan Bagi Seorang Hamba

Di bulan kemerdekaan ini, kita sering mendengar kata “merdeka” tersebar luas di sekitar kita. Kata tersebut bergema di jalanan, sekolah, bahkan masjid sekalipun menggemakan kata tersebut.
Pada umumnya, kemerdekaan itu diartikan sebagai terlepas dari kuasa bangsa asing. Tapi lain lagi bagi seorang muslim. Bagi seorang muslim, kemerdekaan itu memiliki makna yang jauh lebih dalam.
Sebagai seorang muslim. Kemerdekaan bermakna lepas dari hawa nafsu dan godaan yang terus menjajah diri kita. Seorang hamba bisa saja hidup merdeka secara lahir, tapi sebenarnya hatinya masih terbelenggeu secara batin, terbelenggu oleh syahwat, hawa nafsu, kemalasan, kesombongan dan terlalu cinta dunia. Padahal kemerdekaan sejati adalah ketika seorang hamba terlepas perbudakan selain dari Allah, dan hanya tunduk kepadanya.
Kemerdekaan sejati itu hanyalah menyembah Allah subhana wataala. Allah subahan wataala berfirman:
وَمَآ أُمِرُوٓا۟ إِلَّا لِيَعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ ٱلدِّينَ حُنَفَآءَ وَيُقِيمُوا۟ ٱلصَّلَوٰةَ وَيُؤْتُوا۟ ٱلزَّكَوٰةَ ۚ وَذَٰلِكَ دِينُ ٱلْقَيِّمَةِ
"Mereka tidak diperintah, kecuali untuk menyembah Allah dengan mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya lagi hanif (istikamah), melaksanakan salat, dan menunaikan zakat. Itulah agama yang lurus (benar)." (QS.Al- Bayyinah: 5)
Ayat ini menegaskan kepada kita bahwa tujuan hidup manusia adalah menjadi hamba Allah semata. Inilah arti kemerdekaan yang hakiki: bebas dari perbudakan sesama makhluk Allah, bebas dari takut kepada selain Allah, dan bebas dari tunduk dari hukum selain syariatnya.
Ibnul Qayyim rahimahullah pernah berkata:
"Seorang hamba tidak akan merasakan kebahagiaan sejati kecuali ketika ia menjadi hamba Allah yang sebenarnya."
Dan ingat kawanku sekalian! Bahwa musuh terbesar kita itu bukan penjajah atau orang-orang yang menindas. Padahal musuh yang sebenarnya ada pada diri dan sekitar kita.
Hawa nafsu dan syaitan itu adalah musuh terbesar kita. Musuh yang tidak pernah mengibarkan bendera menyerah. Musuh tersebut selalu menjajah diri kita di manapun kita berada.
Hawa nafsu itu salah satu yang harus kita hindari. Karena dia bagian dari diri kita. Kita tidak bisa berpisah dari hawa nafsu kita sendiri. Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda,
أَفْضَلُ الْجِهَادِ أَنْ يُجَاهَدَ الرَّجُلُ نَفْسَهَ وَ هَوَاهُ
“Jihad yang paling utama adalah seseorang berjihad (berjuang) melawan dirinya dan hawa nafsunya.” (Hadits shahih diriwayatkan oleh Ibnu Najjar dari Abu Dzarr)
Banyak orang merdeka secara poitik, tapi mereka masih terikat dengan kecanduan dosa, baik itu dalam bentuk maksiat yang tampak maupun yang tersembunyi. Mereka seperti kapal tanpa layar dan dayung, yang mengarungi samudra tanpa ada pendorong menuju tujuan.
Berikut tanda-tanda kemerdekaan sejati seorang hamba:
1. Hatinya tenang karena dia hanya bergantung kepada Allah.
2. Berani berkata benar walaupun itu menyakitkan.
3. Tidak tenggelam dengan kesenangan harta, jabatan, atau pujian manusia.
4. Segera bertaubat ketika melakukan dosa.
5. Mengutamakan ridha Allah daripada segalanya.
Kemerdekaan bukan berarti bebas tanpa batas.
Dalam islam, merdeka bukan berarti bisa melakukan apa saja yang kita mau. Justru, kemerdekaan yang sebenarnya adalah bebas untuk taat, beribadah, dan bebas dari perbuatan yang dapat mengundang murka Allah.
Jika kemerdekaan diartikan sebagai bebas dalam aturan agama, maka itu bukanlah kemerdekaan melainkan bentuk dari perbudakan, yaitu tunduk kepada hawa nafsu.
Allah subahanahu wata'ala berfirman:
اَفَرَءَيۡتَ مَنِ اتَّخَذَ اِلٰهَه هَوٰٮهُ وَاَضَلَّهُ اللّٰهُ عَلٰى عِلۡمٍ وَّخَتَمَ عَلٰى سَمۡعِه وَقَلۡبِه وَجَعَلَ عَلٰى بَصَرِه غِشٰوَةً فَمَنۡ يَّهۡدِيۡهِ مِنۡۢ بَعۡدِ اللّٰهِاَفَلَا تَذَكَّرُوۡنَ
Artinya: "Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya, dan Allah membiarkannya sesat dengan sepengetahuan-Nya,1 dan Allah telah mengunci pendengaran dan hatinya serta meletakkan tutup atas penglihatannya? Maka siapakah yang mampu memberinya petunjuk setelah Allah (membiarkannya sesat)? Mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?" (QS. Al-Jatsiyah: 23)
Penutup:
Kita boleh saja bangga merdeka dengan kemerdekaan bangsa. Tapi kita jangan lupa dengan kemerdekaan hati. Lepaskan semua belenggu riya, syirik, cinta dunia, dan dan maksiat. Ganti dengan tauhid, sabar, qana’ah, dan syukur.
Karena kemerdekaan sejati bukan yang dirayakan pada 17 Agustus, tapi setiap hari kita mampu menundukkan hawa nafsu kita dan menegakkan ketaatan.
“Hamba yang merdeka bukanlah yang takut kepada ciptaan, tapi takut terhadap sang pencipta.”
Rekomendasi :

Pembatal-Pembatal Shalat
Ditulis oleh Muh. Rafay Maher Rohail pada 2025-05-10
Alhamdulillah kembali lagi kita memuji kepada Allah subhanahu wata’ala, karena Allah subhanahu wata’ala dialah satu-satunya tuhan yang patut kita sembah. Dialah tuan dari semua raja-raja dimuka bumi ini. Shalawat serta salam tak lupa kita curahkan kepada baginda kita Nabi Muhammad Shallahu alahi wasallam, dialah nabi yang membawa kita dari gelapnya zaman jahiliyah menuju terangnya zaman Islamiyah seperti sekarang ini.
Banyak umat muslim didunia ini yang masih kurang pemahamannya tentang apa-apa saja pembatal-pembatal shalat itu, tidak mengatahui apa-apa saja pembatalnya. Karena sahnya shalat itu sangat penting dalam kehidupan kita, bisa jadi shalat kita tidak diterima di sisi Allah subhanahu wata’ala. Sebab ketidak tahunya pembatal-pembatalnya, maka dari itu mari kita bahas apa-apa saja pembatal tersebut?
1. Apa saja yang membatalkan thaharah itu membatalkan sholat. Karena thaharah merupakan syarat sah sholat.
2. Tertawa dengan suara, yang dimaksud di sini tertawa terbahak-bahak, karena merupakan kesepakatan para ulama.
3. Berbicara dengan sengaja untuk selain masalah-masalah shalat,
حَافِظُوْا عَلَى الصَّلَوٰتِ وَالصَّلٰوةِ الْوُسْطٰى وَقُوْمُوْا لِلّٰهِ قٰنِتِيْنَ ٢٣٨
Artinya:
“Peliharalah semua salat (fardu) dan salat Wusṭā. Berdirilah karena Allah (dalam salat) dengan khusyuk.”
4. Lewatnya wanita dewasa atau anjing hitam dan keledai ditempat area sujud, Nabi Muhammad Shallahu alaihi wasallam bersabda:
عَنْ أَبِي ذَرٍّ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا قَامَ أَحَدُكُمْ يُصَلِّي فَإِنَّهُ يَسْتُرُهُ إِذَا كَانَ بَيْنَ يَدَيْهِ مِثْلُ آخِرَةِ الرَّحْلِ فَإِذَا لَمْ يَكُنْ بَيْنَ يَدَيْهِ مِثْلُ آخِرَةِ الرَّحْلِ فَإِنَّهُ يَقْطَعُ صَلَاتَهُ الْحِمَارُ وَالْمَرْأَةُ وَالْكَلْبُ الْأَسْوَدُ قُلْتُ يَا أَبَا ذَرٍّ مَا بَالُ الْكَلْبِ الْأَسْوَدِ مِنْ الْكَلْبِ الْأَحْمَرِ مِنْ الْكَلْبِ الْأَصْفَرِ قَالَ يَا ابْنَ أَخِي سَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَمَا سَأَلْتَنِي فَقَالَ الْكَلْبُ الْأَسْوَدُ شَيْطَانٌ. (رواه مسلم)
Artinya:
Dari Abu Dzarr dia berkata, Rasulullah saw. bersabda, “Apabila salah seorang dari kalian hendak shalat, sebaiknya kamu membuat sutrah (penghalang) di hadapannya yang berbentuk seperti kayu yang diletakkan diatas hewan tunggangan, apabila di hadapannya tidak ada sutrah seperti kayu yang diletakkan diatas hewan tunggangan, maka shalatnya akan terputus oleh keledai, wanita, dan anjing hitam.’ Aku bertanya, ‘Wahai Abu Dzarr, apa perbedaan anjing hitam dari anjing merah dan kuning? Dia menjawab, ‘Aku pernah pula menanyakan hal itu kepada Rasulullah saw. sebagaimana kamu menanyakannya kepadaku, maka jawab beliau, ‘Anjing hitam itu setan‘.” (HR. Muslim)
5. Membuka aurat secara sengaja, karena menutup urat merupakan syarat sah shalat.
6. Membelakangi kiblat, karena membelakangi kiblat merupkan syarat sah shalat juga
7.Adanya Najis pada diri orang yang sholat, sementara itu dia mengetahuinya tapi dia tidak langsung membersihkannya.
8. Meninggalkan dengan sengaja rukun-rukun shalat atau salah satu syaratnya ( tanpa udzur )
9. Banyak melakukan gerakan yang bukan termasuk gerakan shalat tanpa udzur atau dalam keadaan darurat, seperti makan dan minum dengan sengaja.
10. Bersandar tanpa udzur yang syar’I, karena berdiri dalam sholat merupakan rukun sholat yang utama ( kecuali orang yang sakit karena dia memiliki udzur )
11. Menambah gerakan-gerakan yang sengaja dalam shalat seperti ruku dan sujud, karena yang demikian dapat merusak rukun shalat dan merupakan perbuatan yang bid’ah berdasarkan ijma’.
12. Tertib dan tidak membolak-balikan rukun-rukun sholat.
13. Salam sebelum waktunya dengan sengaja.
14. Mengubah makna dengan bacaan yang berbeda, yakni mengubah surah al-Fatihah karena dia merupakan rukun sholat.
Kesimpulan:
Shalat harus dilakukan dengan memenuhi syarat dan rukunnya. Banyak hal yang bisa membatalkan shalat, seperti hilangnya wudhu, tertawa, berbicara sengaja, membuka aurat, membelakangi kiblat, ada najis, gerakan berlebihan, dan mengubah bacaan. Memahami pembatal sholat penting agar ibadah diterima Allah.
Semoga dengan artikel ini ibadah shalat kita semakin sempurna untuk diterima Allah subhana wata’ala dan pahalanya dilipatgandakan. Amin.