Ikut Tren Tapi Bukan Keren

Alhamdulillah kembali kita memuji Allah subhanahu wata’ala atas nikmat-Nya begitu banyak kepada kita semua. Karena nikmat itulah kita bisa merasakan nikmat kesehatan terutama nikmat iman dan islam. Shalawat serta salam kita kirirmkan kepada baginda Nabi Muhammad shallahu alaihi wasallam, dialah Nabi yang membawa kita dari gelapnya zaman jahiliyah menuju zaman islamiyah seperti sekarang ini.
Di era digital saat ini, tren berkembang dengan sangat cepat. Mulai dari gaya berpakaian, makanan, gaya hidup, hingga konten media sosial — semua bisa viral dalam hitungan jam. Banyak orang, terutama anak muda, merasa perlu untuk ikut-ikutan agar tidak ketinggalan zaman. Namun, pertanyaannya: Benarkah mengikuti tren membuat seseorang terlihat keren?
Tren Bersifat Sementara, Karaktermu Bertahan Lama
Tren berubah cepat—apa yang populer hari ini bisa jadi dianggap basi minggu depan. Jika kamu hanya menyesuaikan diri dengan tren tanpa mempertimbangkan siapa dirimu sebenarnya, kamu bisa kehilangan identitas. Orang yang benar-benar “trendsetter” biasanya tidak hanya mengikuti arus, mereka menciptakan arus itu.
Otentisitas Lebih Menarik Daripada Kepatuhan
Kamu mungkin terlihat “kekinian” dengan mengikuti gaya selebgram, tapi yang membuat seseorang benar-benar menonjol adalah keaslian. Orang tertarik pada individu yang punya ciri khas, bukan salinan dari orang lain. Menjadi otentik itu langka, dan justru karena itulah kamu bisa jadi sorotan.
Mengikuti Tren Bisa Jadi Beban
Ada tekanan tak terlihat untuk selalu "update", selalu punya barang terbaru, ikut semua tantangan viral, dan tampil sempurna di media sosial. Kalau kita terlalu fokus mengejar tren, kita bisa lupa menikmati hidup yang sebenarnya. Tren seharusnya menyenangkan, bukan menyiksa.
Jadilah Inspirasi, Bukan Sekadar Peniru
Mengambil inspirasi dari tren itu wajar, tapi lebih keren lagi kalau kita bisa memodifikasi tren sesuai dengan dirimu. Tambahkan sentuhan personal, bawa ke arah yang baru. Dengan begitu, kita tidak cuma jadi pengikut—kita bisa jadi panutan.
لَيْسَ مِنَّا مَنْ تَشَبَّهَ بِغَيْرِنَا لَا تَشَبَّهُوا بِالْيَهُودِ وَلَا بِالنَّصَارَى فَإِنَّ تَسْلِيمَ الْيَهُودِ الْإِشَارَةُ بِالْأَصَابِعِ وَتَسْلِيمَ النَّصَارَى الْإِشَارَةُ بِالْأَكُفِّ
Artinya:
“Bukan termasuk golongan kami siapa yang menyerupai kaum selain kami. Janganlah kalian menyerupai Yahudi, juga Nashrani, karena sungguh mereka kaum Yahudi memberi salam dengan isyarat jari jemari, dan kaum Nasrani memberi salam dengan isyarat telapak tangannya” (HR Tirmidzi, Hasan)
Maksud dari hadist di atas adalah dilarang kerasnya meniru atau menyerupai atau meniru orang-orang yang non muslim dalam hal perilaku. Termaksud cara berpakaian, dan hadist ini menekankan bahwa tindakan meniru kebiasaan orang kafir adalah tindakan yang tidak pantas dan tidak termasuk dalam golongan orang yang beriman.
Penutup
Kesimpulan dari artikel ini adalah pentingnya menjaga identitas diri dan otentisitas di tengah tren yang berkembang pesat di era digital. Meskipun banyak orang merasa terdorong untuk mengikuti tren agar tidak ketinggalan zaman, tren tersebut bersifat sementara. Dan yang lebih penting adalah mempertahankan karakter yang sebenarnya. Mengikuti tren tanpa mempertimbangkan jati diri bisa membuat seseorang kehilangan keunikan dan cenderung menjadi salinan orang lain.
Sebaliknya, menjadi otentik dan membangun ciri khas sendiri akan lebih menarik dan memberikan nilai lebih. Selain itu, terlalu fokus mengikuti tren bisa menjadi beban yang tidak perlu. Bahkan dapat mengalihkan perhatian dari kebahagiaan hidup yang sejati. Oleh karena itu, lebih baik menjadi inspirasi dan menciptakan tren sendiri, daripada sekadar menjadi pengikut. Terakhir, artikel ini juga menekankan pentingnya tidak meniru kebiasaan atau gaya hidup orang non-Muslim sesuai dengan pesan dalam hadist yang disampaikan.
Rekomendasi :

Pembatal-Pembatal Shalat
Ditulis oleh Muh. Rafay Maher Rohail pada 2025-05-10
Alhamdulillah kembali lagi kita memuji kepada Allah subhanahu wata’ala, karena Allah subhanahu wata’ala dialah satu-satunya tuhan yang patut kita sembah. Dialah tuan dari semua raja-raja dimuka bumi ini. Shalawat serta salam tak lupa kita curahkan kepada baginda kita Nabi Muhammad Shallahu alahi wasallam, dialah nabi yang membawa kita dari gelapnya zaman jahiliyah menuju terangnya zaman Islamiyah seperti sekarang ini.
Banyak umat muslim didunia ini yang masih kurang pemahamannya tentang apa-apa saja pembatal-pembatal shalat itu, tidak mengatahui apa-apa saja pembatalnya. Karena sahnya shalat itu sangat penting dalam kehidupan kita, bisa jadi shalat kita tidak diterima di sisi Allah subhanahu wata’ala. Sebab ketidak tahunya pembatal-pembatalnya, maka dari itu mari kita bahas apa-apa saja pembatal tersebut?
1. Apa saja yang membatalkan thaharah itu membatalkan sholat. Karena thaharah merupakan syarat sah sholat.
2. Tertawa dengan suara, yang dimaksud di sini tertawa terbahak-bahak, karena merupakan kesepakatan para ulama.
3. Berbicara dengan sengaja untuk selain masalah-masalah shalat,
حَافِظُوْا عَلَى الصَّلَوٰتِ وَالصَّلٰوةِ الْوُسْطٰى وَقُوْمُوْا لِلّٰهِ قٰنِتِيْنَ ٢٣٨
Artinya:
“Peliharalah semua salat (fardu) dan salat Wusṭā. Berdirilah karena Allah (dalam salat) dengan khusyuk.”
4. Lewatnya wanita dewasa atau anjing hitam dan keledai ditempat area sujud, Nabi Muhammad Shallahu alaihi wasallam bersabda:
عَنْ أَبِي ذَرٍّ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا قَامَ أَحَدُكُمْ يُصَلِّي فَإِنَّهُ يَسْتُرُهُ إِذَا كَانَ بَيْنَ يَدَيْهِ مِثْلُ آخِرَةِ الرَّحْلِ فَإِذَا لَمْ يَكُنْ بَيْنَ يَدَيْهِ مِثْلُ آخِرَةِ الرَّحْلِ فَإِنَّهُ يَقْطَعُ صَلَاتَهُ الْحِمَارُ وَالْمَرْأَةُ وَالْكَلْبُ الْأَسْوَدُ قُلْتُ يَا أَبَا ذَرٍّ مَا بَالُ الْكَلْبِ الْأَسْوَدِ مِنْ الْكَلْبِ الْأَحْمَرِ مِنْ الْكَلْبِ الْأَصْفَرِ قَالَ يَا ابْنَ أَخِي سَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَمَا سَأَلْتَنِي فَقَالَ الْكَلْبُ الْأَسْوَدُ شَيْطَانٌ. (رواه مسلم)
Artinya:
Dari Abu Dzarr dia berkata, Rasulullah saw. bersabda, “Apabila salah seorang dari kalian hendak shalat, sebaiknya kamu membuat sutrah (penghalang) di hadapannya yang berbentuk seperti kayu yang diletakkan diatas hewan tunggangan, apabila di hadapannya tidak ada sutrah seperti kayu yang diletakkan diatas hewan tunggangan, maka shalatnya akan terputus oleh keledai, wanita, dan anjing hitam.’ Aku bertanya, ‘Wahai Abu Dzarr, apa perbedaan anjing hitam dari anjing merah dan kuning? Dia menjawab, ‘Aku pernah pula menanyakan hal itu kepada Rasulullah saw. sebagaimana kamu menanyakannya kepadaku, maka jawab beliau, ‘Anjing hitam itu setan‘.” (HR. Muslim)
5. Membuka aurat secara sengaja, karena menutup urat merupakan syarat sah shalat.
6. Membelakangi kiblat, karena membelakangi kiblat merupkan syarat sah shalat juga
7.Adanya Najis pada diri orang yang sholat, sementara itu dia mengetahuinya tapi dia tidak langsung membersihkannya.
8. Meninggalkan dengan sengaja rukun-rukun shalat atau salah satu syaratnya ( tanpa udzur )
9. Banyak melakukan gerakan yang bukan termasuk gerakan shalat tanpa udzur atau dalam keadaan darurat, seperti makan dan minum dengan sengaja.
10. Bersandar tanpa udzur yang syar’I, karena berdiri dalam sholat merupakan rukun sholat yang utama ( kecuali orang yang sakit karena dia memiliki udzur )
11. Menambah gerakan-gerakan yang sengaja dalam shalat seperti ruku dan sujud, karena yang demikian dapat merusak rukun shalat dan merupakan perbuatan yang bid’ah berdasarkan ijma’.
12. Tertib dan tidak membolak-balikan rukun-rukun sholat.
13. Salam sebelum waktunya dengan sengaja.
14. Mengubah makna dengan bacaan yang berbeda, yakni mengubah surah al-Fatihah karena dia merupakan rukun sholat.
Kesimpulan:
Shalat harus dilakukan dengan memenuhi syarat dan rukunnya. Banyak hal yang bisa membatalkan shalat, seperti hilangnya wudhu, tertawa, berbicara sengaja, membuka aurat, membelakangi kiblat, ada najis, gerakan berlebihan, dan mengubah bacaan. Memahami pembatal sholat penting agar ibadah diterima Allah.
Semoga dengan artikel ini ibadah shalat kita semakin sempurna untuk diterima Allah subhana wata’ala dan pahalanya dilipatgandakan. Amin.